#KaburAjaDulu: Antara Kekecewaan, FOMO, dan Tanggung Jawab Bersama - todaymu

Post Top Ad

#KaburAjaDulu: Antara Kekecewaan, FOMO, dan Tanggung Jawab Bersama

#KaburAjaDulu: Antara Kekecewaan, FOMO, dan Tanggung Jawab Bersama

#KaburAjaDulu

Trend #KaburAjaDulu belakangan ini ramai diperbincangkan di media sosial. Bagi sebagian orang, tagar ini menjadi wadah untuk mengekspresikan kekecewaan terhadap kebijakan pemerintah yang dinilai tidak berpihak pada rakyat. Namun, di balik itu, ada sisi lain yang patut kita renungkan: bagaimana trend ini dimanfaatkan oleh mereka yang sudah lama bekerja di luar negeri, serta bagaimana pemerintah merespons fenomena ini.


Kekecewaan Rakyat dan Ekspresi di Media Sosial


Tidak bisa dipungkiri, #KaburAjaDulu muncul sebagai bentuk protes terhadap berbagai kebijakan pemerintah yang dianggap tidak memenuhi harapan masyarakat. Mulai dari tingginya biaya hidup, lapangan kerja yang terbatas, hingga ketidakpastian ekonomi, membuat banyak orang merasa frustasi. Media sosial menjadi tempat untuk meluapkan emosi tersebut, dengan harapan suara mereka didengar.


Namun, apakah trend ini benar-benar mewakili suara seluruh rakyat Indonesia? Atau justru menjadi ajang bagi sebagian orang untuk menunjukkan "keberhasilan" mereka bekerja di luar negeri?


FOMO dan Privilege yang Tidak Disadari


Tidak sedikit dari mereka yang ikut meramaikan #KaburAjaDulu adalah orang-orang yang sudah lama bekerja di luar negeri. Mereka mungkin merasa bangga bisa "kabur" dari masalah di dalam negeri, tanpa menyadari bahwa kesempatan mereka bekerja di luar negeri juga tidak lepas dari kebijakan pemerintah, seperti pembukaan lapangan kerja melalui program Tenaga Kerja Indonesia (TKI).


Sayangnya, banyak dari mereka yang tidak berempati terhadap saudara-saudaranya yang tidak memiliki privilege yang sama. Tidak semua orang punya akses untuk bekerja di luar negeri, baik karena keterbatasan finansial, pendidikan, atau faktor lainnya. Selain itu, bekerja di luar negeri bukanlah solusi ajaib. Setiap negara memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri, mulai dari budaya kerja yang berbeda, tantangan adaptasi, hingga masalah perlindungan hukum bagi pekerja migran.


Perlindungan Pemerintah dan Tanggung Jawab Bersama


Di sisi lain, pemerintah juga tidak bisa lepas dari tanggung jawab. Alih-alih merespons trend ini dengan bijak, pemerintah justru dianggap tidak nasionalis dan cenderung defensif. Padahal, sebagai pemegang kebijakan, pemerintah seharusnya bisa melihat fenomena ini sebagai alarm untuk memperbaiki sistem yang ada.


Namun, kita juga tidak bisa sepenuhnya menyalahkan pemerintah. Sebagai warga negara, kita pun memiliki tanggung jawab untuk berkontribusi membangun negeri ini. Bekerja di luar negeri bukanlah satu-satunya solusi, apalagi jika dilakukan hanya karena ikut-ikutan atau FOMO (Fear of Missing Out).


Menyikapi #KaburAjaDulu dengan Bijak


Trend #KaburAjaDulu seharusnya menjadi refleksi bersama. Bagi pemerintah, ini adalah sinyal bahwa masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Bagi masyarakat, ini adalah pengingat bahwa setiap pilihan memiliki konsekuensi, dan tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama.


Mari kita gunakan momentum ini untuk berdialog secara konstruktif, bukan saling menyalahkan. Pemerintah perlu membuka telinga lebar-lebar terhadap aspirasi rakyat, sementara masyarakat juga perlu memahami bahwa perubahan tidak bisa terjadi dalam semalam. Bersama-sama, kita bisa menciptakan solusi yang lebih baik, tanpa harus "kabur" dari masalah.

#KaburAjaDulu mungkin hanya sebuah trend, tetapi pesan di baliknya layak untuk kita renungkan. Bagaimana pun, masa depan Indonesia ada di tangan kita semua. 


Sumber foto : Foto oleh Maksim Romashkin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon untuk tidak menaruh link dalam bentuk apapun

Post Bottom Ad