Gebrakan Muhammadiyah: Dari AC Keren Hingga Ojek Online Zendo yang Hits!
Siapa
sangka, organisasi Muhammadiyah yang selama ini kita kenal sebagai lembaga yang
fokus pada pendidikan dan dakwah, ternyata juga punya gebrakan di dunia bisnis
dan teknologi! Setelah sukses meluncurkan produk AC elektronik yang kece,
mereka juga nggak kalah keren dengan hadirnya Zendo, layanan ojek online yang
sudah eksis sejak 2015. Yuk, kita simak lebih lanjut tentang inovasi-inovasi
seru yang dilakukan Muhammadiyah!
AC MU: Teknologi Keren dari Muhammadiyah
Mungkin
banyak yang nggak nyangka kalau Muhammadiyah sekarang terjun ke dunia
elektronik. di Tanwir ke-112 Muhammadiyah yang digelar pada 6-8 Desember 2024
di Kota Kupang, NTT, mereka meluncurkan AC MU, sebuah produk AC
Inverter yang nggak hanya ramah lingkungan, tapi juga harga bersaing! Jadi, AC
ini juga punya teknologi hemat energi yang bikin hidup lebih praktis dan ramah
lingkungan. Tentu saja, ini jadi bukti kalau Muhammadiyah nggak cuma mikirin dakwah,
tapi juga terus berinovasi di dunia teknologi.
Zendo: Ojek Online dengan Sentuhan Sosial
Nah,
yang nggak kalah menarik adalah Zendo, layanan ojek online yang
udah ada sejak 2015! Zendo punya konsep yang berbeda dari aplikasi ojek online
lainnya. Selain jadi sarana transportasi yang praktis, Zendo juga memberdayakan
para pengemudinya lewat pelatihan dan dukungan yang mereka berikan. Jadi, nggak
cuma ngebantu nyari duit, pengemudi Zendo juga dibekali dengan soft skill yang
berguna banget, seperti pelayanan yang ramah dan etika kerja yang oke.
Yang
bikin Zendo makin menarik adalah nilai-nilai sosial yang mereka bawa. Zendo
nggak cuma fokus pada bisnis, tapi juga aktif banget dalam berbagai kegiatan
sosial, seperti program kemanusiaan dan pendidikan. Jadi, kalau kamu pakai
Zendo, selain dapat layanan transportasi yang nyaman, kamu juga turut mendukung
misi sosial yang lebih besar.
Zendo adalah layanan on-demand services
berbasis ojek yang hadir untuk memenuhi segala kebutuhan Anda di mana saja dan
kapan saja. Dengan fokus pada kemudahan, kecepatan, dan kenyamanan, kami
menyediakan berbagai layanan on-demand yang dapat diakses dengan mudah melalui
WhatsApp. Zendo berkomitmen untuk memberikan pengalaman terbaik bagi setiap
pelanggan dengan layanan yang profesional namun tetap ramah dan bersahabat.
Zendo menyediakan
Zendo Bike dan Zendo Car untuk layanan transportasi, antar jemput penumpang.
Ada pula Zendo Food untuk layanan pegantaran makanan dan Zendo Delivery untuk
pengantaran barang.
Sekretaris Jenderal
Serikat Usaha Muhammadiyah (Sumu), Ghufron Mustaqim, menjelaskan pihaknya tidak
menerapkan biaya layanan untuk pemesanan.
"Kalau
pemesanan makanan itu tidak ada admin fee-nya sama sekali. Biaya layanan tidak
ada, hanya ongkir saja," kata Ghufron, Jumat (10/1/2025) dikutip Antara.
Dengan demikian,
pihaknya memastikan layanan yang mereka berikan akan lebih
murah apabila dibandingkan dengan kompetitor.
"Jadi kalau
harga makanan Rp10 ribu, ya pelanggan bayarnya Rp10 ribu aja, ga di
mark-up," jelasnya.
Menurutnya, hal
tersebut dapat dilakukan lantaran mereka menerapkan teknologi yang terbilang
murah yaitu dengan hanya menggunakan aplikasi pesan singkat WhatsApp.
"Karena itu
secara biaya teknologi bisa murah. Jadi kita juga bisa memberikan harga yang
terbaik buat para pelanggan, dan juga fair buat para driver,"
ujarnya.
Kenapa Zendo Bisa Jadi Favorit?
Mungkin
kamu bertanya-tanya, kenapa Zendo bisa jadi favorit banyak orang? Salah satunya
adalah karena mereka punya visi yang keren banget: memadukan layanan
transportasi dengan kegiatan sosial. Para pengemudi Zendo nggak cuma ditekankan
untuk cepat dan tepat waktu, tapi juga diajarkan untuk memberikan pelayanan
yang baik, ramah, dan tentunya dengan standar tinggi.
Selain
itu, Zendo sering terlibat dalam kegiatan sosial, seperti distribusi bantuan ke
masyarakat yang membutuhkan. Hal ini bikin Zendo nggak cuma sekedar aplikasi
ojek online, tapi juga jadi bagian dari gerakan sosial yang bermanfaat buat
banyak orang. Jadi, pakai Zendo nggak cuma nyaman, tapi juga bikin kamu ngerasa
ikut berkontribusi dalam hal yang positif.
Kontroversi Zendo
Serikat Usaha di
bawah Organisasi Keagamaan Muhammadiyah, Zendo, jadi sorotan di
media sosial X. Pengguna akun media sosial X (dulunya Twitter),
@arifnovianto_id mengangkat topik pembahasan terkait kesejahteraan mitra Zendo.
"Ketika mendengar kabar bahwa Serikat Usaha Muhammadiyah (SUMU) menggagas ojek online bernama Zendo, saya jujur memiliki harapan agar ada platform alternatif yang menjamin kesejahteraan driver," tulis akun @arifnovianto_id
"Namun harapan itu pupus,
setelah dapat info ternyata aturan di Zendo lebih mengerikan," imbuhnya.
Dalam cuitannya @arifnovianto_id
turut mengunggah sistem kerja bagi mitra yang diterapkan oleh Zendo, mulai dari
jam kerja, kompetensi yang wajib dimiliki, regulasi, dan sistem kerja.
Jam kerja dibagi
menjadi 3 shift, yaitu shift pertama pagi 07.00-14.30, shift siang 14.30-22.00,
shift malam 16.30-24.00. Tertulis pula bahwa driver harus
selalu berjaga dan aktif selama jam kerja.
Khusus bagi driver baru,
wajib training untuk jam malam (22.00-24.00). Driver juga
tidak diperkenankan untuk libur selama dua minggu pertama kerja.
"Selanjutnya
jatah libur 1 minggu sekali dilarang hari Minggu dan Senin, libur harus
konfirmasi H-1 kecuali sakit," tertulis dalam kolom regulasi.
Dalam regulasi,
juga tertulis pula mitra harus memiliki modal harian Rp300.000. Mitra dilarang
melakoni pekerjaan serupa atau double job.
Sedangkan dalam
ketentuan sistem gaji, gaji dengan sistem bagi hasil ongkir dalam bentuk
setoran harian. Sebanyak 80 persen untuk driver, dan 20 persen untuk Zendo.
"Tidak ada
tunjangan apa pun. Jika ada risiko pekerjaan perusahaan tidak bertanggungjawab
tapi akan memberikan bantuan sesuai kemampuan," tertulis pula dalam
regulasi tersebut.
Sementara itu dari portal Tirto mewawancarai Manager Zendo Jogja, Taufik
Ainun, pada Senin (13/1/2025). Dia menjelaskan bahwa Zendo menerapkan sistem franchise yang
lisensinya dipegang oleh SUMU. Tapi secara garis besar, sistem yang diterapkan
oleh Zendo di seluruh Indonesia sama.
"SUMU buka
lisensi siapa yang mau buka Zendo di daerahnya masing-masing. Khusus untuk
anggota Muhammadiyah [yang bisa beli franchise]," beber
Taufik.
"Kebetulan
yang di Jogja yang ambil LP UMKM ambil lisensi Zendo Jogja. Kalau Zendo yang
lain perorangan. Sistem, brand, dan SOP sudah ada pusat," imbuhnya.
Taufik pun
menjelaskan, bahwa Zendo sebetulnya merupakan badan usaha jasa serba bisa.
Meskipun memiliki lima program andalan, yaitu ojek motor, ojek mobil, delivery,
send, dan cleaning service," sebutnya.
Berbagai layanan
jasa ini, contohnya seperti membelikan BBM, membetulkan genting rumah,
memperbaiki dinding rumah, sampai menguras saptic tank serta desain grafis.
"Jadi kami
jasa apa saja, sampai kemarin menguras saptitank kami juga bisa menebang pohon.
Kita jasa semua kebutuhan. Zendo mengiapkan segala kebutuhan pokoknya ada order
apa kita akan mencoba menyiapkan," tegasnya.
Sementara itu dikutip dari Kompas Sekretaris Jenderal Serikat Usaha Muhammadiyah (Sumu), Ghufron Mustaqim mengatakan, regulasi bagi tim dan driver Zendo yang beredar di media sosial ditetapkan berdasarkan kondisi nyata di lapangan
"Tentang syarat dan ketentuan bagi tim dan driver Zendo yang tersebar di publik, itu adalah bagian dari hasil perahan 9 tahun merespons kondisi riil lapangan," ujarnya,
Ghufron mengatakan,
motivasi kerja driver, standar pelayanan kepada konsumen, potensi penipuan, dan
lain sebagainya diolah sedemikian rupa hingga menghasilkan regulasi yang
dinilai ideal. Terlebih, kondisi yang memengaruhi penyusunan aturan itu hanya
bisa dipahami apabila menggeluti lapangan secara langsung.
Bahasa yang
tercantum dalam unggahan poster Zendo juga bahasa awam, tanpa copywriter
profesional dengan gaji tinggi. "Itu poster buatan rakyat akar rumput,
berbahasa akar rumput dengan segala keterbatasannya," kata dia. Sebagai
contoh, modal harian Rp 300.000 yang menjadi salah satu regulasi pada layanan
ini, dibuat dengan tujuan untuk menalangi barang yang akan dibeli konsumen.
Misalnya, jika
konsumen ingin memesan makanan, driver atau mitra Zendo akan mengeluarkan uang
terlebih dahulu untuk menalangi biaya pesanan. Driver akan mengantarkan makanan
tersebut ke alamat konsumen, sedangkan konsumen membayar biaya pesanan dan
layanan kepada admin yang dihubungi via WhatsApp. Selanjutnya, admin yang akan
mengurus pembagian uang dan penghasilan yang diperoleh driver Zendo.
Tidak seperti
platform ojol lain Ghufron menegaskan, Zendo bukanlah aplikator dan tidak
menggunakan aplikasi seperti layanan ojol pada umumnya. Layanan yang
diprakarsai pengusaha Muhammadiyah ini hanya berbasis WhatsApp, dengan
mengirimkan pesan ke admin atau customer service (CS) di kota atau kabupaten.
Dengan menggunakan teknologi yang lebih humanis, seluruh lapisan masyarakat
diharapkan bisa memanfaatkannya tanpa aplikasi, termasuk para orang tua. Oleh
karena itu, dia meminta masyarakat untuk tidak membayangkan layanan Zendo
sebagai suatu perusahaan besar dengan investor dan uang yang banyak. "Ini
usaha rakyat yang bikin Mbak Lutfy, membuat Zendo tahun 2015," kata dia.
Mampu bertahan saat
pandemi Covid-19 dengan total hampir 100 orang driver di Tulungagung yang
diberdayakan, usaha ini pun diduplikasi di banyak daerah oleh
pengusaha-pengusaha Muhammadiyah lainnya. Sama seperti mitra layanan ojol
lainnya, Zendo tidak memberikan tunjangan apa pun maupun bertanggung jawab jika
ada risiko pekerjaan. Kendati demikian, pihak Zendo akan berusaha melindungi
driver dari potensi penipuan dengan mengecek setiap pesanan masuk dengan
teliti. Sebaliknya, jika terdapat masalah dari driver yang merugikan pengguna,
Zendo tidak segan untuk menjatuhkan hukuman sesuai mekanisme yang berlaku.
"Zendo seperti perusahaan pada umumnya, jika ada pihak yang nakal, tidak
menanggung (masalah kriminal), tapi pasti ada mekanisme punishment-nya,"
papar dia.
Kini Ada di 25 Kota Zendo punya hak operasional di 70 kota Lutfy Azizah, pendiri sekaligus Chief Executive Officer (CEO) Zendo mengungkapkan, Zendo merupakan hasil dari ide yang dikembangkan sejak 2015 di kota kelahirannya, Tulungagung. Meskipun gaji sebagai guru honorer tidak besar, Azizah berhasil menghidupi Zendo hingga 2023. Pada tahun tersebut, dia bertemu dengan Serikat Usaha Muhammadiyah yang tertarik untuk berkolaborasi dalam mengembangkan Zendo. "(Sumu) melihat Zendo ini sebagai startup kecil tapi bisa bertahan sembilan tahun di Tulungagung dengan konsep bisnis dan visi misinya," kata Azizah, dikutip dari pemberitaan Kompas.com
Melihat peluang
itu, kata Azizah, akhirnya Sumu tertarik untuk mengajak bekerja sama
membesarkan Zendo ke seluruh Indonesia. Tak sekadar ojek online, Zendo juga
menawarkan berbagai layanan perbantuan, seperti jasa pembersihan, pembelian
makanan, belanja, dan pengantaran barang. Namun, Azizah menekankan, Zendo tidak
dirancang untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan ojek online besar yang
sudah wara-wiri di Indonesia. Baca juga: Polemik di Taman Literasi, Antara Hak
Warga dan Bayang-bayang Ormas... Kini, Zendo telah mendapatkan hak operasional
di 70 kabupaten dan kota Indonesia, dengan 25 di antaranya telah resmi
beroperasi. "Kalau untuk yang mendapat hak operasional itu sudah di 70
kota sebenarnya. Tapi yang sudah mengaspal, yang sudah running, itu masih 25
kota," pungkasnya.
Semoga kedepannya Zendo bisa lebih baik lagi dan mau mendengarkan kritik dan saran, tidak berupaya justru menutup-nutupi, tidak boleh mengesampingkan kesejahteraan masyarakat terutama drivernya
Muhammadiyah: Masa Depannya Semakin Digital dan Inovatif
Dengan
hadirnya produk-produk seperti AC MU dan Zendo, Muhammadiyah udah membuktikan
kalau mereka nggak mau ketinggalan zaman. Organisasi ini nggak hanya sekedar
mikirin dakwah dan pendidikan, tapi juga mulai berinovasi di bidang teknologi
dan bisnis. Siapa tahu, ke depannya bakal banyak lagi gebrakan keren lainnya
dari Muhammadiyah yang bisa membawa dampak positif buat banyak orang!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon untuk tidak menaruh link dalam bentuk apapun