Belakang ini media sosial tengah hangat perbincangan seputar Childfree alias Keinginan Tidak Memiliki Anak yang dilambungkan oleh salah satu youtuber Indonesia. lantas kemudian menjadi perbincangan pro dan kontra dikalangan netizen, ya tentu aja ada yang setuju dan speak up tentang rencana childfree namun juga menolak paham childfree karena punya anak sudah menjadi naluri seorang wanita.
Berhubung saya disini seorang pria, saya ingin memberikan opini childfree dari sudut pandang pria tapi secara personal karena tentunya tiap orang beda cara memandangnya he he.
Saya pribadi jika ditanya "Besok pengen punya anak atau Adopsi?", secara jujur saya pengen punya anak dari hasil darah saya pribadi, saya ingin keturunan yang tentunya akan meneruskan garis atau silsilah keluarga, lalu ditanya kembali "kenapa, tidak memberikan kesempatan bagi anak yang lahir tanpa orangtua?", mungkin jawaban saya, untuk membantu mereka tidak harus dengan adopsi, bahkan tidak perlu menunggu menikah dulu, dari sekarang pun kita bisa membantu mereka untuk mendapatkan hak hidup dengan lebih baik. kalau ada pertanyaa lagi "Gak takut bumi over populasi?", menurut saya sih, prediksi populasi masa depan itu masih belum ada yang tau, kita kan gak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, mungkin nanti ada wabah kembali? saya juga tidak tahu, tapi memang di kalkulasi diperhitungkan dengan data yang ada bisa untuk melihat gambaran populasi dimasa mendatang, kalian bisa baca disini theconversation.com/apakah-bumi-sudah-terlalu-sesak-oleh-manusia-88326
Kemudian jika ditanya "pendapat kamu terkait childfree?", ya simpel jawaban saya, terserah mereka, itu hak mereka dan mereka yang akan menjalaninya. saya juga tidak bisa menyalahkan atau menghalangi mereka yang ingin memutuskan tidak punya anak dengan berbagai alasan yang ada, karena pada dasarnya ya ada benernya juga, misal jika dirasa tidak bisa bertanggung jawab tentunya childfree bisa diaplikasikan, namun apa iya sih kita tidak belajar untuk bisa bertanggung jawab kedepannya?
Kalau menurut saya pribadi, edukasi yang sangat penting bagi generasi kita saat ini yaitu terkait LIFE GOOD LIFE BALANCE. bagaimana generasi kita bener-bener dipersiapkan dengan matang sebelum melanjutkan ke jenjang pernikahan, ya kita bisa dengar baca dan lihat beberapa kali kita disuguhi berita bayi yang digugurkan, bayi yang dibuang, perceraian dan sebagainya, tentunya itu bisa jadi karena faktor ekonomi dan kesiapan mental. mengedukasi mereka agar memikirkan dengan seksama apa yang akan mereka lakukan kedepannya lebih penting menurut saya sih.
Tapi bagi yang memang ingin memutuskan childfree ya kita tidak bisa memaksa kehendak mereka seperti kita, karena mereka yang menjalani, bisa jadi hal itu memang yang terbaik bagi kehidupan mereka,
Tapi yang harus bener-bener digaris bawahi, childfree ini jangan hanya sebagai ajang trend atau ikut-ikutan saja, tapi benar-benar harus pikirkan matang, didiskusikan dengan pasangan sejujur-jujurnya, jadi tidak ada yang dipaksakan atau diberatkan. seperti yang disampaikan oleh Tri Rejeki Andayani Psikolog Sosial dari Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta ( UNS ) beliau mengatakan bahwa ada baiknya sebelum memutuskan untuk memilih childfree bisa didiskusikan dulu dengan pasangan termasuk orang tua dan mertua. Hal ini ini tidak terlepas dari perspektif budaya kolektif kita. Kultur masyarakat menuntut atau mengharapkan seseorang yang telah memasuki usia dewasa untuk menikah dan setelah menikah akan ditanyakan tentang kehadiran anak. Sehingga salah satu pihak yang perlu dilibatkan dalam pengambilan keputusan childfree ialah keluarga besar. Sebab, di Indonesia dan banyak negara lainnya, pernikahan pada prinsipnya, tidak hanya melibatkan dua individu saja, tetapi juga dua keluarga besar. Jadi, keputusan untuk tidak memiliki anak sebaiknya disampaikan ke orang tua masing-masing. “Sebab, orang tua dari pasangan suami istri itu tentu memiliki harapan pada pernikahan anak-anaknya. Salah satunya harapan untuk memiliki cucu yang meneruskan keturunannya,” jelasnya. selengkapnya bisa dibaca disini Childfree dari kacamatan psikologi
So, keputusan Childfree pada akhirnya dikembalikan ke masing-masing pribadi, karena kalian yang akan menjalani kehidupan tersebut. yang terpenting kita tidak boleh saling tuding menuding, olok mengolok terkait paham ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon untuk tidak menaruh link dalam bentuk apapun